Assalamualaikum,
Bismillaahirrohmanirrohiim
Berikut ini saya muat beberapa metode kerja finish beton/Water proffing
1. METODE KERJA FLOOR HARDENER
Pekerjaan ini
dilaksanakan pada semua pekerjaan lantai parkir kendaraan, gudang, area bongkar
muat, ruang AHU, tangga darurat dan lain – lain. Semua pelaksanaan harus
didasarkan pada petunjuk dari pabrik pembuat bahan – bahan tersebut dan harus
mampu memberikan perkerasan permukaan lantai.
- Lantai
beton dasar harus memiliki kadar minimum semen sebesar 300 kg/m3
dan didesain untuk mengurangi segresi dan control terhadap bleeding. Water
cement ratio sebaiknya rendah dan ditambahkan bahan plasticizer Conplast
untuk memudahkan pelaksanaan pengecoran.
- Lantai
beton harus padat dan rata dan dikerjakan sesuai dengan standar pengerjaan
lantai beton yang baik dan benar dimana resiko terjadinya retak susut /
kering sudah dikurangi dengan adanya siar – siar pada jarak tertentu dan
kerataan permukaan dengan menggunakan dudukan bekisting yang kuat dan kaku
serta jidar yang rata dan kaku.
- Bila air
yang naik ke permukaan beton yang baru selesai di cor sudah tidak
kelihatan lagi (telah melewati setting time) maka floor hardener ini dapat
ditaburkan secara merata dengan dosis rata – rata 4 kg/m2 atau
sesuai dengan yang disyaratkan.
- Aplikasi
floor hardener ini harus berlangsung tanpa terputus hingga didapatkan
kondisi lantai dasar yang mengeras pada kondisi di bebani injakan kaki
akan menimbulkan bekas injakan sedalam 3 – 6 mm. Setiap kelebihan air di
permukaan (bleeding water) harus menguap seluruhnya.
- Pada area
pengecoran yang luas sangat direkomendasikan untuk membuat metode
pengecoran secara bertahap dan memastikan bahwa lokasi pengecoran dapat
dilaksanakan dengan tenaga kerja dan dosis bahan floor hardener yang cukup
secara continue hingga selesai.
- Floor
hardener ditaburkan secara bertahap dengan dosis 2/3 bagian dahulu, dan
ketika bahan menjadi berwarna gelap secara merata akibat absorpsi air dari
lantai dasar maka dapat segera digosok (di trowel).
- Setelah
itu 1/3 bagian sisanya ditaburkan secara merata diatas permukaan beton.
Jika bahan mulai meresap dan menjadi berwarna gelap secara merata akibat
absorpsi air dari lantai dasar maka dapat segera digosok (di trowel).
- Finishing
akhir harus menggunakan mesin trowel pada saat beton sudah mengeras dan
kuat menahan beban mesin tanpa mengalami kerusakan agar didapatkan
permukaan yang lebih padat.
- Setelah
pekerjaan hardener selesai maka harus segera dilapisi Concure (Curing
Compound) untuk mengurangi terjadinya penguapan air beton. Pada area yang
terbuka sebaiknya setelah di curing dilindungi lagi dengan karung basah
untuk mengurangi terjadinya retak susut.
- Lantai
yang sudah dikerjakan tidak boleh terkena air hujan selama 48 jam dan
sebaiknya tidak dipakai selama 1 minggu, jika akan segera dibebani dengan
lalu lintas yang berat dalam 2 minggu pertama umur beton maka sebaiknya
dilindungi dengan multipleks plywood.
2. METODE KERJA WATERPROOFING INTEGRAL (CONPLAST X 421 M)
- Waktu
pelaksanaan diupayakan agar dikerjakan pada saat arus lalu lintas lancar sehingga
pengecoran tidak terputus, apabila batching plant berada di luar proyek.
- Untuk mendapatkan hasil pengecoran yang baik disarankan setiap
pengecoran harus menggunakan pompa beton.
- Penggunaan
Conplast X 421 M maksimum 4 liter / m3.
- Tidak
boleh adanya penambahan air ke dalam beton oleh pihak manapun sejak truck
mixer keluar dari batching plant sampai tiba di lokasi.
- Apabila ada penurunan slump dapat ditambahkan kembali Conplast X 421 M
dengan maksimum pemakaian 4 liter / m3
- Selama
pengecoran integral waterproofing belum berakhir, seluruh system
dewatering harus terus menerus berlangsung.
- Pelaksanaan
pengecoran secara baik termasuk mechanical vibrator, bekisting yang tidak
bocor, tebal selimut beton yang cukup & masa pemeliharaan (curing
beton).
- Pada saat
truck mixer sampai di lokasi diadakan pengambilan slump beton dimana slump
yang disyaratkan 6 – 10 cm, apabila memenuhi persyaratan dapat ditambahkan
Conplast X 421 M ke dalam truck mixer, diaduk ± 5 menit hingga merata dan
homogen dengan campuran beton yang ada. Lalu dicorkan pada area yang
akan dikerjakan. Apabila slump tidak memenuhi syarat, truck mixer ditolak.
3. METODE KERJA
WATERPROOFING MEMBRANE
(PROOFEX
TORCHSEAL 3PV)
- Pembersihan
lokasi, pasang camper / pinggulan pada tiap – tiap pertemuan lantai dan
dinding.
- Primer dengan alat kuas / roll cat sampai merata.
- Biarkan
primer mengering ± 3 – 4 jam.
- Aplikasilkan
waterproofing membrane Proofex Torchseal 3 PV yang dipanasi dengan alat
Torching dan Elpiji. Pada lahan yang telah disiapkan tekan – tekan hingga
rata.
- Pasang
screed proteksi pada lokasi waterproofing, untuk menjaga kerusakan pada
waterproofing membrane.
- dalam
pelaksanaan pekerjaan berikutnya diusahakan waterproofing tidak dipaku
atau kena benda tajam lain.
4. METODE KERJA WATERPROOFING COATING
- Membuat
pinggulan pada bagian pertemuan lantai dengan dinding serta di plester /
aci bagian dinding yang naik ± 20 cm.
- Menutupi
bagian yang berlubang dan membuat langsam pada bagian yang tidak sama
tinggi dan lokasi lantai disarankan di trowel agar rata.
- Apabila dinyatakan belum siap, pekerjaan belum dapat dilakukan
mengingat perapihan dan pinggulan tersebut sangat penting. Kalau kondisi
belum siap dan dipaksakan akan mengakibatkan kebocoran pada lokasi
tersebut.
- Lakukan pembersihan lokasi sampai bersih dari kotoran.
- Dilakukan pemasangan waterproofing dengan system coating dengan alat
kuas pada lapisan I.
- Setelah kengering dilakukan coating lagi untuk lapisan II.
- Setelah
kering dilakukan test rendam minimal 1 x 24 jam.
- Setelah test segera di proteksi dengan menggunakan screed.
5. METODE KERJA WATERSTOP
- Lakukan
pengecoran yang baik pada area stop cor / cold joint dengan bekisting yang
kedap dan kuat, serta vibrator yang cukup untuk menghasilkan beton padat.
- Sediakan
ruang kerja yang cukup untuk perataan permukaan beton yang akan di pasang
waterstop pada waktu beton belum kering.
- Pasang
waterstop pada tengah – tengah ketebalan beton.
- keringkan dan bersihkan dari genangan air hujan jika tertampung di
dalam bekisting. Lakukan pengecoran beton selanjutnya sehingga waterstop
ini tertanam di dalamnya.
6. METODE KERJA INJEKSI KERETAKAN (CONBEXTRA EP 10
TG)
- Pembersihan
Permukaan retakan dibersihkan
dengan sikat kawat, dilanjutkan dengan sikat ijuk sampai bersih dari segala
kotoran.
- Pemasangan
Napples
· Kaki Napples diolesi dengan
Sealent Agent (Nitbond EC) agar Napples dapat melekat pada permukaan retakan
beton.
· Napples dipasang dengan
menggunakan stick Napples.
· Posisi Napples harus tegak
lurus dan kemudian ditekan sampai napples tidak bergerak lagi, selanjutnya
stick Napples ditarik kembali.
· Jarak pemasangan Napples satu
dengan lainnya ditentukan berjarak 20 cm.
- Pemasangan
Sealent
Retakan diantara Napples ditutup
dengan sealent agar material yang diinjeksi tidak terbuang.
- Pemasangan
Instalasi
· Setelah ± 8 jam Tees Connector / pembagi dipasang
pada Napples, kemudian Napples tersebut dihubungkan dengan Napples yang lain
dengan menggunakan Connected Tubing (selang penghubung) dalam satu rangkaian.
Setiap rangkaian terdiri dari 5 Napples yang disambungkan dalam satu jaringan
tertutup dengan 2 – 3 rangkaian lainnya, sehingga dalam saru eangkaian terdapat
antara 10 s/d 15 Napples.
· Untuk membagi aliran cairan Epoxy pada setiap ujung
rangkaian digunakan Tees Connector / pembagi yang kemudian dihubungkan dengan
mesin injeksi LPI-P dengan menggunakan selang penghubung.
- Mixing dan
Injeksi
· Setelah instalasi siap terpasang, maka dilakukan
mixing dengan menggunakan tabung pengaduk. Pencampuran material Conbextra EP 10 TG dilakukan sesuai dengan
persyaratan, yaitu Hard : Base = 1 : 3.
· Untuk memperoleh campuran yang homogen digunakan
mixer dan paddle mixer yang sesuai, yaitu yang berkecepatan rendah.
· Setelah cairan Epoxy mencapai homogenitas, maka
cairan tersebut dimasukkan kedalam tabung injeksi pada mesin LPI – P untuk
segera dilakukan proses injeksi.
· Selama proses injeksi
berlangsung dilakukan pengawasan pada :
a. Sumber tekanan dan Compressor.
b. Cairan dalam tabung yang dapat menimbulkan panas
akibat cairan mendekati waktu setting dan persiapan mixing jika cairan dalam
tabung sudah mendekati habis.
c. Napples yang sedang di injeksi
untuk segera ditutup bila sudah penuh.
· Proses Injeksi dianggap selesai
apabila terlihat tanda – tanda sebagai berikut :
a. Kecepatan aliran Epoxy terlihat sangat lambat.
b. Pada sela – sela kaki Napples timbul cairan Epoxy
juga pada retakan lain yang jaraknya sangat berdekatan pada retakan yang sedang
mengalami proses injeksi.
- Finishing
Setelah ± 12 jam cairan Epoxy sudah berfungsi dengan baik, sehingga Napples
sudah dapat di potong dengan gerinda.
PROSEDURE PELAKSANAAN PEKERJAAN BARRALASTIC WATER PROOFING COATING DI STP
DAN GROUND WATER TANK
- PEKERJAAN PERSIAPAN
Ø Chipping sisa – sisa beton mortar plester dan
cleaning debu, sisa – sisa curing compound, minyak, oli dan material lain yang
menempel pada beton.
Ø Plugging lubang pipe tie rod dengan Non Shrink Grout
atau plugging material lain.
Ø Chipping beton yang keropos (honey comb) sp beton
yang keras dan patching kembali atau grouting dengan Non Shrink Grout material.
Ø Treatment construction joint dengan Cement Pc + SBR
(additive).
- PEKERJAAN WATER PROOFING
Ø Cleaning dan spray (siram) permukaan beton agar
lembab.
Ø Coating / water proofing (Barralastc) layer (lapis
I) dengan arah horizontal atau vertical.
Ø Setelah mengering permukaan kira – kira ± 6 – 12
jam, dapat diteruskan coating tahap II (2nd layer) dengan arah
berlawanan, yaitu vertical & Horizotal.
- PEKERJAAN TEST RENDAM (FLOOD WATER TEST)
Ø Setelah water proofing mongering minimal 1 x 24 jam,
segera di isi / direndam air selama minimum 1 x 24 jam, dan sebelumnya diberi
tanda pada HWL (High Water Level) dengan memasang lakban untuk monitoring.
Ø Diperiksa bersama – sama untuk
mendeteksi level tersebut apakah mengalami penurunan level atau tetap.
Ø Bila tidak ada penurunan, tetap
dilihat kembali pada dinding yang lain (bagian luarnya) apakah ada kelembapan
ataupun rembesan walaupun kecil sekali.
Ø Segera diatasi dengan cara
injeksi epoxy (low viscosity) sampai semua kering 100% dan sebelumnya bila ada
kebocoran / rembesan yang cukup besar injeksi dahulu dengan cement grouting
sebelum diinjeksi dengan epoxy.
- PEKERJAAN PROTECTION (PELINDUNG WATER PROOFING)
Ø Setelah kebocoran tidak terjadi atau berhasil, maka
permukaan water proofing coating tersebut minimal di proteksi dengan skim coat
(cement + SBR) dengan tebal ± 3 mm atau diproteksi dengan mortar plaster + aci
dengan tebal ± 3 cm.
PROSEDUR STANDAR PENGECHECKAN PREFAB
- Pastikan ukuran H1, H2, H3, W1, W2, & W3
sesuai dengan design yang sudah di approval.
- Pukul lemah pada kolom dan
balok praktis untuk menghindari beton kopong.
- Check kerataan dengan jidar.
- Check kesikuan prefab.
- Check permukaan prefab dari retak besar maupun
retak rambut.